BANYAK
di antara kita tidak mengetahui betapa pentingnya oksigen untuk
menyembuhkan jaringan tubuh yang rusak dengan tepat, baik di kulit, otot
ataupun tulang. Terapi oksigen hiperbarik adalah suatu metode
pengobatan dengan cara memberikan pernapasan oksigen 100% murni kepada
pasien. Tekanan udara yang diberikan mencapai 2-3x lebih besar daripada
tekanan udara atmosfer normal (satu atmosfer)
SEJARAH TERAPI HIPERBARIK
Terapi
Oksigen hiperbarik pertamakali oleh Behnke 1930 digunakan untuk
rekompresi (mengembalikan tekanan) para penyelam untuk menghilangkan
simptom penyakit dekompresi (Caisson’s Disease) setelah menyelam.
Penyakit dekompresi adalah penyakit yang terjadi karena perubahan
tekanan. Misalnya saat kita menyelam atau kalo kita naik pesawat terbang
tekanan naik), akan terjadi pelepasan dan mengembangnya gelembung2 gas
dalam organ. Jika kita kembali ke tekanan awal, maka akan terjadi
perubahan tekanan yang dapat menganggu fungsi beberapa organ tubuh /
penyakit dekompresi
Pemakaian
Oksigen Hiperbarik dikembangkan sebagai komplemen terhadap efek radiasi
pada perawatan kanker oleh Churchill Davidson pada tahun 1950 selain
dikenal sebagai perawatan penunjang selama pembedahan jantung, perawatan
gas gangrene klostridial, dan perawatan terhadap keracunan karbon
monoksida. Oksigen hiperbarik mulai dikenal untuk menunjang penyembuhan
luka pada tahun 1965 pada korban luka akibat ledakan pada tambang minyak
dengan keracunan karbon monoksida diketahui dengan penggunaan oksigen
hiperbarik, penyembuhan terjadi lebih cepat.
Dasar dari terapi
hiperbarik sedikit banyak mengandung prinsip fisika. Teori Toricelli
yang mendasari terapi digunakan untuk menentukan tekanan udara 1 atm
adalah 760 mmHg. Dalam tekanan udara tersebut komposisi unsur-unsur
udara yang terkandung di dalamnya mengandung Nitrogen (N2) 79 % dan
Oksigen (O2) 21%. Dalam pernafasan kita pun demikian. Pada terapi
hiperbarik oksigen ruangan yang disediakan mengandung Oksigen (O2) 100%.
Terapi hiperbarik juga berdasarkan teori fisika dasar dari hukum-hukum
Dalton, Boyle, Charles dan Henry.
Sedangkan prinsip yang dianut
secara fisiologis adalah bahwa tidak adanya O2 pada tingkat seluler akan
menyebabkan gangguan kehidupan pada semua organisme. Oksigen yang
berada di sekeliling tubuh manusia masuk ke dalam tubuh melalui cara
pertukaran gas. Fase-fase respirasi dari pertukaran gas terdiri dari
fase ventilasi, transportasi, utilisasi dan diffusi. Dengan kondisi
tekanan oksigen yang tinggi, diharapkan matriks seluler yang menopang
kehidupan suatu organisme mendapatkan kondisi yang optimal.
Terapi
oksigen hiperbarik (HBOT) adalah terapi medis dimana pasien dalam suatu
ruangan menghisap oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan
barometer tinggi (hyperbaric chamber). Kondisi lingkungan dalam HBOT
bertekanan udara yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan di dalam
jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat dialami oleh seseorang pada
waktu menyelam atau di dalam ruang udara yang bertekanan tinggi (RUBT)
yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan penyakit
klinis. Individu yang mendapat pengobatan HBOT adalah suatu keadaan
individu yang berada di dalam ruangan bertekanan tinggi ( 1 ATA) dan
bernafas dengan oksigen 100%. Tekanan atmosfer pada permukaan air laut
sebesar 1 atm. Setiap penurunan kedalaman 33 kaki, tekanan akan naik 1
atm. Seorang ahli terapi hiperbarik, Laksma Dr. dr. M. Guritno S, SMHS,
DEA yang telah mendalami ilmu oksigen hiperbarik di Perancis selama 5
tahun menjelaskan bahwa terdapat dua jenis dari terapi hiperbarik, efek
mekanik dan fisiologis. Efek fisiologis dapat dijelaskan melalui
mekanisme oksigen yang terlarut plasma. Pengangkutan oksigen ke jaringan
meningkat seiring dengan peningkatan oksigen terlarut dalam plasma.
Mekanisme HBOT
HBOT
memiliki mekanisme dengan memodulasi nitrit okside (NO) pada sel
endotel. Pada sel endotel ini HBOT juga meningkatkan intermediet
vaskuler endotel growth factor (VEGF). Melalui siklus Krebs terjadi
peningkatan NADH yang memicu peningkatan fibroblast. Fibroblast yang
diperlukan untuk sintesis proteoglikan dan bersama dengan VEGF akan
memacu kolagen sintesis pada proses remodeling, salah satu tahapan dalam
penyembuhan luka.
Mekanisme di atas berhubungan dengan salah
satu manfaat utama HBOT yaitu untuk wound healing. Pada bagian luka
terdapat bagian tubuh yang mengalami edema dan infeksi. Di bagian edema
ini terdapat radikal bebas dalam jumlah yang besar. Daerah edema ini
mengalami kondisi hipo-oksigen karena hipoperfusi. Peningkatan
fibroblast sebagaimana telah disinggung sebelumnya akan mendorong
terjadinya vasodilatasi pada daerah edema tersebut. Jadilah kondisi
daerah luka tersebut menjadi hipervaskular, hiperseluler dan hiperoksia.
Dengan pemaparan oksigen tekanan tinggi, terjadi peningkatan IFN-γ,
i-NOS dan VEGF. IFN- γ menyebabkan TH-1 meningkat yang berpengaruh pada
B-cell sehingga terjadi pengingkatan Ig-G. Dengan meningkatnya Ig-G,
efek fagositosis leukosit juga akan meningkat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa pada luka, HBOT berfungsi menurunkan infeksi dan
edema..
Adapun cara HBOT pada prinsipnya adalah diawali dengan
pemberianO2 100%, tekanan 2 – 3 Atm . Tahap selanjutnya dilanjutkan
dengan pengobatan decompresion sickness. Maka akan terjadikerusakan
jaringan, penyembuhan luka, hipoksia sekitar luka. Kondisi ini akan
memicu meningkatnya fibroblast, sintesa kolagen, rasio RNA/DNA,
peningkatan leukosit killing, serta angiogenesis yang menyebabkan
neovaskularisasi jaringan luka. Kemudian akan terjadi peningkatan dan
perbaikan aliran darah mikrovaskular. Densitas kapiler meningkat
sehingga daerah yang mengalami iskemia akan mengalami reperfusi. Sebagai
respon, akan terjadi peningkatan NO hingga 4 – 5 kali dengan diiringi
pemberian oksigen hiperbarik 2-3 ATA selama 2 jam. Hasilnya pun cukup
memuaskan, yaitu penyembuhan jaringan luka. Terapi ini paling banyak
dilakukan pada pasien dengan diabetes mellitus dimana memiliki luka yang
sukar sembuh karena buruknya perfusi perifer dan oksigenasi jaringan di
distal.
Indikasi-indikasi lain dilakukannya HBOT adalah untuk
mempercepat penyembuhan penyakit, luka akibat radiasi, cedera kompresi,
osteomyelitis, intoksikasi karbonmonoksida, emboli udara, gangren,
infeksi jaringan lunak yang sudah nekrotik, Skin graft dan flap, luka
bakar, abses intrakranial dan anemia.
Prosedur pemberian HBOT
yang dilakukan pada tekanan 2-3 ATA-90 dengan O2 intermitten akan
mencegah keracunan O2. Menurut Paul Bert, efeksamping biasanyaakan
mengenai sistem saraf pusat seperti timbulnya mual, kedutan pada otot
muka dan perifer serta kejang. Sedang menurut Lorrain Smith, efek
samping bisamengenai paru-paru yaitu batuk, sesak dan nyeri substernal.
HBOT Meningkatkan Sensitivitas Radioterapi
Penanganan
kanker pada umumnya melalui tahapan terapi operasi, radioterapi,
kemoterapi dan hormonal. Seiring perkembangan ilmu dan teknologi,
oksigen hiperbarik dan herbal merupakan salah satu pilihan untuk
meningkatkan sensitifitas efek radioterapi sehingga dapat membantu
menekan angka kematian dan meningkatkan angka harapan hidup. Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya telah memiliki Instalasi Radioterapi dan Oksigen
yang merupakan bagian dari unggulan fasilitas kesehatan.
Penelitian
hubungan tekanan oksigen dengan radioterapi pada manusia sudah dimulai
sejak tahun 1910 oleh Deche. Sedangkan menurut Guritno, yang pada saat
diwawancarai masih menjabat sebagai direktur RSAL Dr Ramelan Surabaya,
HBOT bermanfaat untuk meningkatkan sensitivitas sel tumor pada
radioterapi. Karena pada kondisi hipoksia sensitifitas sel tumor
menurun, sehingga dengan HBOT yang meningkatkan perfusi. Dengan demikian
akan tercipta kondisi hiperoksia yang menyebabkan sensitifitas sel
tumor meningkat. HBOT tentunya juga akan bermanfaat pada healing injury
post radioterapi.
Studi dan telaah dilakukan seorang ahli HBOT
muda, dr. Arie Widiyasa Sp.OG, Kabag KESLA RSAL Ilyas Tarakan, mengenai
pengaruh HBOT terhadap kanker serviks. Kombinasi antara radiasi baik
eksternal atau brachiterapi atau keduanya yang dikombinasikan dengan
pemberian HBOT akan meningkatkan radiosensitivitas sel kanker serviks.
Salah satu modalitas yang dapat dikembangkan saat ini adalah terapi
dengan menggunakan oksigen bertekanan tinggi diberikan dengan tekanan
2,0 ATA, 2,4 ATA atau 3 ATA sebanyak 20 – 30 kali dapat dipertimbangkan
walau harus tetap mempertimbangkan untung ruginya tindakan tersebut.
HBOT dapat memperbaiki sensitivitas sel tumor, meningkatkan persentase
angka survival rate, tak jelas dapat mencegah rekurensi atau menurunkan
angka kematian. Dengan demikian komplikasi pemberian radioterapi dosis
tinggi dapat dicegah sebelum kerusakan menjadi berat dan irreversibel.
Manfaat pada Pasien Post Radioterapi
Dewasa
ini terapi radiasi dinilai cukup efektif untuk menangani beberapa kasus
kanker yang tidakoperable. Namun efek samping radiasi yang bersifat
sistemik agaknya sulit untuk dihindari. Contohnya pada radioterapi
pelvis yang akan menyebabkan rusaknya epitel, parenkim, stroma, vaskuler
rektum dan berujung pada terbentuknya striktur dan fistula. Sayangnya
pula terapi yang dilakukan terhadap efek samping tersebut sering tidak
berhasil sehingga akan terjadi kerusakan komplek serta terbentuknya
mediator yang menyebabkan vasodilatasi, peningkatan permeabilitas
pembuluh darah, kemotaksis, demam, rasa sakit dan kerusakan jaringan.
American Society for Therapeutic Radiology and Oncology membuat sistem scoring efek samping akut dan efek samping lama.
Penggunaan
hiperbarik oksigen untuk pengobatan suatu penyakit sudah lama
digunakan, dan perkembangannya sangat pesat di beberapa negara.
Terapi
ini menjadi dikenal di Indonesia, pada saat bencana alam Tsunami Aceh,
atau bencana gempa di Bantul, dimana banyak orang yang terancam
diamputasi kakinya karena tertimpa bangunan atau luka yang parah. Terapi
oksigen hiperbarik terbukti ampuh sebagai terapi penunjang (selain
terapi obat oleh dokter) yang dapat menghindarkan dari ancaman amputasi
organ tubuh.
Selain itu terapi oksigen hiperbarik dapat mengobati
penyakit degeneratif kronis seperti arterio sclerosis, stroke, penyakit
pembuluh darah perifer, ulser diabetik, serebral palsy, trauma otak,
slerosis multiple dan penyembuhan luka. Terapi ini meluas pemakaiannya
sebagai terapi kebugaran tubuh dan untuk kecantikan sebagai terapi
supaya awet muda.
Di Indonesia perkembangannya diawali dengan
keberadaan instalasi ruang kompresi pada saat dibangunnya Graving dock,
di Ujung, Surabaya yang digunakan untuk mengobati penderita dekompresi.
Sampai saat ini fasilitas hiperbarik tersedia di beberapa rumah sakit di
Indonesia terutama rumah sakit TNI AL dan rumah sakit yang berhubungan
dengan pertambangan :
- RS PT Arun, Aceh;
- RSAL Dr Midiyatos, Tanjung Pinang;
- RSAL Dr Mintohardjo, Jakarta;
- RS Pertamina Cilacap;
- RS Panti Waluyo, Solo;
- Lakesla TNI AL, Surabaya;
- RSU Sanglah, Denpasar;
- RS Pertamina Balikpapan;
- RSU Makasar;
- RS Gunung Wenang, Manado;
- RSAL Halong, Ambon;
- RS Petromer, Sorong.
Terapi
oksigen hiperbarik dilakukan pada suatu ruang hiperbarik (Hyperbaric
chambers) yang dibedakan menjadi 2 yaitu : Multiplace dan Monoplace.
Multiple chamber dapat digunakan untuk beberapa penderita pada waktu
yang bersamaan, sedangkan pada monoplace digunakan untuk pengobatan satu
orang penderita saja .Tidak perlu penggunaan masker atau sarung tangan
dalam chamber kecuali pada kasus keracunan karbon monoksida atau
inhalasi asap. Di dalam ruangan, chamber penderita dapat melakukan
aktivitas apa saja seperti mendengarkan musik, membaca, atau bahkan
senam aerobik. Hehehe. Untuk Penelitian, hewan coba pun bisa dimasukkan
chamber.
Dosis Perawatan oksigen Hiperbarik yaitu dengan
memberikan tekanan 100 % oksigen yang lebih besar dari tekanan oksigen
murni secara terus menerus pada tubuh, dengan tekanan sebesar 2
atmosphere absolute (ATA) sampai 3 ATA. Untuk perawatan luka khusus bagi
kecelakaan penyelaman, kasus yang menggunakan hiperbarik oksigen
pertamakali, membutuhkan tekanan 100% oksigen selama 90 menit pada
kedalaman 45 feet of sea water (fsw) – 13.7m of sea water (msw) or 1.38
bar atau sesuai dengan 2,36 (ATA). Dosis yang digunakan pada perawatan
HBOT tidak boleh lebih dari 3 ATA karena tidak aman untuk pasien dengan
status debil selain berkaitan dengan lamanya perawatan yang dibutuhkan,
juga dikatakan bahwa tekanan diatas 2,5 ATA mempunyai efek
imunosupresif.
Pada kebanyakan perawatan, waktu setiap sesi
HBOT adalah 90 menit sampai 120 menit sekali sampai dua kali dalam
sehari isesuaikan dengan kondisi jaringan serta perawatan yang
diperlukan. Biasanya sebagai terapi dibutuhkan 10 sesi perawatan ( untuk
kebugaran tubuh dan kecantikan ) atau lebih sesuai dengan kondisi.
Perawatan HBOT berfungsi untuk :
1. Meningkatkan konsentrasi oksigen pada seluruh jaringan tubuh, bahkan pada aliran darah yang berkurang
2. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah baru untuk meningkatkan aliran darah pada sirkulasi yang berkurang.
3. Menyebabkan pelebaran arteri rebound sehingga meningkatkan diameter pembuluh darah, dibanding pada permulaan terapi.
4.
Merangsang fungsi adaptif pada peningkatan superoxide dismutase (SOD),
merupakan salah satu anti oksidan dalam tubuh untuk pertahanan terhadap
radikal bebas dan bertujuan mengatasi infeksi dengan meningkatkan kerja
sel darah putih sebagai antibiotic pembunuh kuman.
Untuk biaya, cukup murah kok. Sekitar Rp 1.300.000,- untuk sepuluh kali sesi pertemuan. Mau coba?